Pasar Saham Asia: Aksi Jual Merebak karena Pasar Tenaga Kerja AS yang Tangguh Dorong Spekulasi Hwkish The Fed
- Saham-saham Asia menghadapi tekanan karena laporan ketenagakerjaan AS yang optimis telah mendorong spekulasi hawkish the Fed.
- Kunjungan Janet Yellen ke Tiongkok untuk meningkatkan hubungan dagang dapat memperkuat sentimen pasar secara keseluruhan.
- Peluang intervensi BoJ telah meningkat karena bank sentral diperkirakan tidak akan keluar dari kebijakan suku bunga ultra-dovish.
Pasar-pasar di kawasan Asia telah mengalami penurunan tajam setelah merasakan petunjuk negatif dari S&P500. Ekuitas AS menghadapi aksi jual yang tajam karena penambahan payroll baru yang kuat di bulan Juni telah meningkatkan peluang kenaikan suku bunga lebih dari satu kali dari Federal Reserve (Fed).
Badan Pemrosesan Data Otomatis (ADP) Amerika Serikat telah melaporkan bahwa angka payroll meningkat dua kali lipat di bulan Juni dibandingkan dengan ekspektasi. Pada bulan Juni, pasar tenaga kerja AS telah dibanjiri oleh 497 ribu tenaga kerja baru, lebih tinggi dari ekspektasi 228 ribu dan rilis sebelumnya yaitu 278 ribu.
Pada saat berita ini ditulis, Nikkei 225 Jepang turun 0,53%, China A50 jatuh 0,80%, Hang Seng anjlok 1,30% dan Nifty50 tetap datar.
Terlepas dari ketatnya pasar tenaga kerja AS, IMP Jasa ISM juga tetap optimis dan menambah filter yang mendukung prospek kebijakan moneter yang hawkish.
Indeks Dolar AS (DXY) diperkirakan akan tetap bergejolak menjelang data Nonfarm Payrolls (NFP), yang akan dirilis pada pukul 12:30 GMT/19:30 WIB.
Saham-sahamTiongkok telah gagal memanfaatkan kunjungan Menteri Keuangan AS Janet Yellen ke Tiongkok untuk menghindari perang dagang dan memperbaiki hubungan. Menteri Keuangan Tiongkok mengatakan "Kami berharap AS mengambil tindakan 'konkret' untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan hubungan ekonomi dan perdagangan yang sehat antara Tiongkok dan AS," seperti dilansir dari Reuters.
Sementara itu, peluang intervensi Bank of Japan (BoJ) di pasar mata uang telah meningkat karena bank sentral ini diperkirakan tidak akan keluar dari kebijakan suku bunga ultra-dovish. Deputi Gubernur BoJ Shinichi Uchida melalui berita Nikkei Jepang, yang dilaporkan Reuters, mengesampingkan akhir lebih awal dari kebijakan moneter ultra-mudah dan juga mempertahankan kebijakan Yield Curve Control (YCC).
Di sisi minyak, harga minyak memberikan pemulihan berbentuk V, memulihkan kerugian yang terinspirasi oleh laporan pasar tenaga kerja AS yang optimis. Harga minyak telah naik mendekati resistance krusial di $72,00 dan diharapkan akan naik lebih jauh karena dampak pengurangan produksi yang diumumkan oleh Rusia dan Saudi masih belum memudar.